Friday, March 18, 2011

Distosia Kelainan Janin

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).  Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.
Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.  Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan  janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

  1. TUJUAN
·    Mengetahui penyebab distosia pada persalinan karena kelainan janin
·   Mengetahui apa saja kelainan pada janin yang menyebabkan distosia pada persalinan.
·   Mengetahui apa saja peran bidan dalam menangani distosia karena kelainan gawat janin


BAB II
TINJAUAN TEORI

MAKROSOMIA
  1. PENGERTIAN MAKROSOMIA / BAYI BESAR
Bayi besar adalah bayi lahir  yang beratnya lebih dari 4000gram. menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya melebihi 4500gram. Sebab-sebab bayi besar adalah :
1.      Diabetes
2.      Keturunan (orang tuanya besar-besar)
3.      Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.

  1. FAKTOR-FAKTOR MAKROSOMIA
·      Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
·       Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
·       Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi   besar.
  1. TANDA DAN GEJALA
·         Besar untuk usia gestasi
·         Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
·         Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
·         Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
  1. KOMPLIKASI
       Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu .Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil
  1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan
Pemantauan glukosa darah ( Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila ka dar glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-turut.   Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.

6.      ALASAN MERUJUK

    Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
1.     Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial
2.     Distosia bahu
3.     Ruptur uteri
4.     Robekan perineum
5.     Fraktur anggota gerak
Tindakan Selama Rujukan :
1.     Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit
karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2.     Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik
bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.
3.     Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4.     Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh
tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.

HYDROCEPHALUS




  1. PENGERTIAN
Pada hydrocephalus terdapat kelebihan cairan otak didalam ventrikel otak, sehingga juga kepala (tengkorak) membesar. Hydrocephalus sering disertai cacat bawaan seperti spina bifida. Hydrocephalus  menimbulkan dystocia bahkan ruptura uteri dan sering anak lahir dalam  keadaan sungsang karena kepala terlalu besar untuk masuk ke dalam pintu atas panggul.

  1. ETIOLOGI
Hydrocephalus dapat berhubungan dengan beberapa sebab termasuk cacat sejak lahir, pendarahan di otak, infeksi, meningitis, tumor, atau cedera kepala. Banyak bentuk dari hydrocephalus adalah hasil dari terhambatnya cairan cerebrospinal di ventrikel (di otak bagian tengah. Pada cacat sejak lahir, kerusakan fisik dari aliran cairan ke ventrikel biasanya menyebabkan hydrocephalus. Hydrocephalus biasanya mendampingi cacat sejak lahir yang disebut spina bifida (meningomyelocele).

  1.  GEJALA
Gejala yang paling nyata dari hydrocephalus adalah besar kepala yang abnormal. Hal ini terjadi karena tekanan luar yang terus menerus pada otak dan temperung kepala dari hydrocephalus sepanjang perkembangan dan pertumbuhan kepala.

  1. DIAGNOSIS
Diagnosa dini sangat penting karena kalau hydrocephalus telah dikenal terapinya, sederhana sekali. Sebaliknya kalau tidak dikenal menjadi malapetaka karena dapat terjadi ruptura uteri. Memang hydrocephalus merupakan salah satu penyebab penting dari ruptura uteri. Ruptura uteri pada hydrocephalus dapat terjadi pada pembukaan yang belum lengkap malahan dalam kehamilan.
Kalau tulang-tulang tengkorak tipis kadang-kadang tengkorak dapat ditekan kedalam, menimbulkan perasaan seperti waktu menekan bola pingpong. (tanda bola pingong atau tanda perkamen) Karena kepala besar, badan anak terdesak keatas dan bunyi jantung anak tedengar pada tempat yang lebih tinggi dari biasa.
Kalau pembukaan sudah besar dapat teraba fontanel dan suture yang lebar sedangkan tulang tengkorak tipis mudah tertekan kedalam oleh jari kita. Kadang-kadang menyerupai ketuban.
Pada foto rontgen nampak kepala yang besar dan karena tulang-tulang tengkorak tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas.
Pada letak sungsang diagnosa jauh lebih sulit dan sering baru diketahui kalau badan anak sudah lahir, dan kepala tidak dapat dilahirkan apalagi kalau ada spina bivida. Ada saat ini diatas symphyse teraba tumor yang besar. Pada letak sungsang lebih jarang terjadi ruptura uteri.
Penilaian foto rontgen tidak boleh berdasarkan besarnya kepala saja tapi juga pada :
1.     Bentuk kepala yang pada hydocephalus bundar dan pada tengkorak normal agak lonjong.
2.     Pada perbandingan antara bagian tengkorak dan bagian muka.
3.    Pada tebalnya tulang tengkorak yang hanya memberikan bayangan yang tipis pada
hydrocephalus.
Harus di ingat akan kemungkinan hydrocephalus kalau:
1.      Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat
2.      Kepala tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar pada perabaan.
3.      Kalau nampak ada spina bivida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang

  1. PROGNOSIS
Bahaya yang terbesar adalah ruptura uteri.

  1. PENGOBATAN
Setelah diagnosis dibuat maka pada anak yang hidup dilakukan punksi dengan jarum yang panjang dan besar segera setelah pembukaan cukup besar (pembukaan 2 jari) untuk mengecilkannya. Dengan punksi, tengkorak mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung spontan.
Pada anak yang mati dapat dilakukan perforasi. Setelah anak lahir selalu harus dilakukan eksplorasi cavum uteri.
  
ANENCEPHALUS




  1. PENGERTIAN
  Suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk.  Anencephalus merupakan suatu kelainan tabung syaraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Anencephalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup.

  1. ETIOLOGI
Penyebab anencephalus antara lain : faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal.  Faktor radiasi, faktor gizi dan lainnya. Faktor resiko terjadinya anencephalus adalah : faktor ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol selama masa kehamilan.

  1. GEJALA
  Gejala janin yang dikandung mengalami anencephalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak), bayi tidak memiliki tulang tengkorak tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum), terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak kepala pada pemeriksaan USG.
   Untuk menegakan diagnosa selain dari tanda dan gejala, maka pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah kadar asam lemak dalam serum ibu hamil, amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-fetoprotein meningkat (menunjukkan adanya kelainan tabung saraf) kadar estriol pada urine ibu, kadar estriol dalam urine lakukan, USG.

  1. DIAGNOSIS
   Pada palpasi tidak dapat ditentukan dimana letaknya kepala (kedua ujung badan lunak), tekanan pada tengkorak waktu toucher menyebabkan gerakan yang tak beraturan dan bunyi jantung menjadi lambat.
  Diagnosis anencephalus dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu : diagnosis antenatal dan diagnosa postnatal. Diagnosa antenatal umumnya bila ibu hamil dengan faktor resiko kelainan kongenital. Diagnosis prenatal bila kelainan kongenital sudah positif ditemukan.

  1. PROGNOSIS
Prognosis untuk kehamilan dengan anencephalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
  1. PENGARUH PADA KEHAMILAN
1.      Sering menimbulkan kehamilan serotin, biasanya disertai hydramnion, anak sering lahir
 dengan letak muka, badan anak kadang kadang besar dan menimbulkan kesukaran waktu
 bahu lahir.
2.      Perawatan dan Penanganan janin/bayi baru lahir dengan anencephalus
3.      Perawatan bayi anencephalus akan ditujukan untuk memebrikan dukungan emosional kepada
 keluarga, karena tidak ada pengobatan untuk anencephalus, kurangnya pembentukan otak,
 sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati dn sisanya 25% bayi mati dalam beberapa jam,
 hari atau minggu setelah lahir.  Resiko terjadinya anencephalus bisa dikurangi dengan
 meningkatnya asupan asam folat minimal 3 bulan sebelum hamil selama kehamilan bulan
 pertama.

KEMBAR SIAM




1.      1.     PENGERTIAN

Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5% dan 25%, dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan. Istilah kembar siam berawal dari pasangan kembar siam terkenal Chang dan Eng Bunker (1811-1874) yang lahir di Siam (sekarang Thailand). Kasus kembar siam tertua yang tercatat adalah Mary dan Eliza Chulkhurst dari Inggris yang lahir di tahun 1100-an.

2.      PENYEBAB KELAHIRAN KEMBAR SIAM

Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik, obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna, juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak, bahkan sampai lima dan enam.

3.      PROSES KEMBAR SIAM

Secara garis besar, kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot.
Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 - 72 jam, 4 - 8 hari,9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya kelamaan, sehingga sel telur keburu berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari.
Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

4.      PRESENTASI HIDUP

  Sejumlah kesimpulan medis menyebutkan, terjadi satu kasus kembar siam untuk setiap 200 ribu kelahiran. Jadi, jika Indonesia berpenduduk 200 juta, ada peluang 1.000 kasus kembar siam.
  Dari semua kelahiran kembar siam, diyakni tak lebih dari 12 pasangan kembar siam yang hidup di dunia. Saat dilahirkan kebanyakan kembar siam sudah dalam keadaan meninggal, yang lahir hidup hanya sekitar 40 persen.
  Dari mereka yang lahir hidup, 75 persen meninggal pada hari-hari pertama dan hanya 25 persen yang bertahan hidup.

5.      PEMBAGIAN KEMBAR SIAM

Dari seluruh kembar dempet, kebanyakan dempet terjadi pada empat anggota tubuh, yaitu dada sebanyak 40 persen, perut 35 persen, kepala 12 persen dan panggul antara enam hingga sepuluh persen.
Ada beberapa jenis kembar siam:
·         Thoracopagus:  kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung selalu terlibat dalam
  kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah
  rendah. (35-40% dari seluruh kasus)
·         Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh
  memiliki jantung masing-masing, tetapi biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati,
  sistem pencernaan, diafragma dan organ-organ lain.
·         Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang.
·         Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini
  umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak. Dikenal juga dengan istilah
  janiceps (untuk dewa Janus yang bermuka dua) atau syncephalus.
·         Craniopagus: tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah
·         Dicephalus: dua kepala, satu tubuh dengan dua kaki dan dua atau tiga atau empat lengan
  (dibrachius, tribrachius atau tetrabrachius)
·         Ischiopagus: kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh.
·         Ischio-omphalopagus: Kembar siam yang bersatu dengan tulang belakang membentuk
  huruf-Y. Mereka memiliki empat lengan dan biasanya dua atau tiga kaki. Jenis ini biasanya
  memiliki satu sistem reproduksi dan sistem pembuangan.
·         Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang
  seringkali dibagi.
·         Diprosopus: Satu kepala dengan dua wajah pada arah berlawanan.

6.      PERAWATAN KEMBAR SIAM

 Perawatan kembar siam sangat bervariasi tergantung pada keadaan. Banyak orangtua membuat keputusan sulit untuk mengakhiri kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani isu dalam pengambilan keputusan, serta kemungkinan keberhasilan pemisahan. Jika bayi berbagi jantung atau otak, misalnya, operasi pemisahan mungkin tidak dapat dilakukan.  Meski kelahiran kembar siam tergolong unik namun bila tidak ada peran dari dokter anak, maka kelangsungan hidupnya tidak akan bertahan lama, meski usia kembar siam diprediksi berlangsung singkat.
 Sebenarnya, kelahiran kembar siam sekaligus kelainannya bisa dideteksi dengan pemeriksaan USG atau ultrasonografi dengan 3 atau 4 dimensi di usia 20 minggu.
                                       
                                       
                                                        GAWAT JANIN




1.    PENGERTIAN GAWAT JANIN

Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus.. Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.

  1. DIAGNOSIS
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala yang subyektif. Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas atau deselerasi lanjut). Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia (kegagalan nafas adequate pada menit-menit pertama kelahiran) janin. 

  1. ETIOLOGI
1)        Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasentadalam waktu
  singkat) 
a)      Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan
 pemberian oksitosin 
b)      Hipotensi ibu, anestesi epidural, kompresi vena kava, posisi terlentang,
 perdarahan ibu. 
c)      Solusio plasenta, abrupsio 
d)      Plasenta previa dengan perdarahan 
2)        Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
  lama) 
a)        Penyakit hipertensi 
b)        Diabetes mellitus
c)        Isoimunisasi Rh 
d)        Postmaturitas atau dismaturitas 
e)        Kompresi (penekanan) tali pusat 
f)         Anestesi blok paraservikal 

  1. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
                 Pemantauan denyut jantung janin: pencatatan denyut jantung janin yang segera dan
         kontinyu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberikan sutu penilaian kesehatan janin
         yang sangat membantu selama persalinan. Akselerasi periodic pada gerakan janin merupakan
         ketenangan dari reaktifitas janin yang normal.

  1. INDIKASI KEMUNGKINAN GAWAT JANIN
1)        Bradikardi.
         Denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit 
2)        Takikardi
         Akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>160) dapat dihubungkan dengan
         demam pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine. Prematuritas
         atropine juga dihubungkan dengan denyut jantung janin yang meningkat. 
3)        Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi system saraf
         otonom janin oleh medikasi ibu (atropine , skopolamin, diazepam, fenobarbital, 
         magnesium dan analgesic narkotik) 
4)        Pola deselerasi.
  Deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenter.
  Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah lebih
  sering dan muncul untuk menunjukkan kompresi sementara waktu  dari pembuluh
  darah umbilicus. Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi
  lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola
  gelombang sinus. 
5)        Ph darah janin.
  Contoh darah janin memberikan informasi yang objektif tentang status asam basa
  janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu sensitive
  terhadap perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin dimana gawat janin dapat
  diduga bahkan bila janin itu dalam keadaan sehat dan hanya memberi reaksi terhadap
  stress dari kontraksi uterus selam persalinan. Oleh karena itu, pengukuran pH kapiler
  janin dikombinasikan dengan pemantauan denyut jantung janin memberikan kesehatan
  janin yang dapat dipercaya dari pemantauan denyut jantung janin sendiri.
  Contoh darah janin diindikasikan bilamana pola denyut jantung janin abnormal atau
  kacau memerlukan penjelasan pH kulit kepala yang lebih besar dari 7,25 adalah normal.
  pH kulit kepala yang kurang dari 7,20 menandakan hipoksia janin dengan asidosis.
  Persiapan kelahiran segera dilakukan. Kecuali kelahiran pervaginam sudah dekat,
  seksiosesaria dianjurkan. 
6)      Mekonium dalam cairan amnion
 Keluarnya mekonium kemungkinan peringatan adanya asfiksia janin.  Para ahli
 kebidanan mengatakan bahwa deteksi mekonium selama persalinan menimbulkan 
 masalah dalam memprediksi asfiksia atau gawat janin. Penjelasan patologis
 menyatakan bahwa janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap
 hipoksia, dengan demikian mekonium merupakan tanda gawat janin. (Walkeerr, 1953). 
 Mekonium yang kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion
 yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan lebih cepat dan penanganan
 mekonium pada saluran nafas atau neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.

  1. PENATALAKSANAAN DAN PENDIDIKAN PASIEN
Prinsip-prinsip umum: 
1)          Bebaskan setiap kompresi tali pusat 
2)          Perbaiki aliran darah uteroplasenter 
3)          Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan
   indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktor-
   faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan. 
Langkah-langkah khusus : 
1)       Posisi ibu diubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha
    untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran
    darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan
    dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2)         Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter per menit sebagai
  usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 
3)       Oksitosin dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke
  ruang intervilli. 
4)       Hipotensi dikoreksi dengan infuse intravena dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat.
  Transfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemoragik. 
5)       Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan
  persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut dapat merupakan suatu prosedur yang
  bermanfaat. 
6)       Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi
  mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari
  mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
  dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa
  endotrakeal. 


BAB III
KESIMPULAN


 Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
 Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah  kelainan  janin seperti makrosomia (bayi lahir yang berat lebih dari 4500gram), hydrocephalus (kelebihan cairan di dalam ventrikel otak), anencephalus (sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk ),  kembar siam (keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu), gawat janin (hipoksia (kurang oksigen) pada janin).
Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.