Thursday, June 7, 2012

Retensio Plasenta

Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam (30 menit) setelah janin lahir.

Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena :
A.     Bentuknya
 Plasenta membranasea yaitu plasenta melebar luas dan tipis
B.     Plasenta belum lepas dari dinding uterus
 Disebabkan karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta  
 adhesiva).  Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus 
desidua sampai miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-inkreta-perkreta).
C.     Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
 Disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala 
 III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi 
 keluarnya plasenta (inkarserata plasenta).

Apabila plasenta belum lahir sama sekali (tertanam seluruhnya); tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian; terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Jenis retensio plasenta :
1.   Plasenta adhesiva
     Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
     separasi fisiologis.
2.  Plasenta akreta
     Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium. Plasenta akreta
     ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding
     uterus. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya
     lebih erat berhubungan dengan dinding uterus.
3.  Plasenta inkreta
     Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium.
4.  Plasenta perkreta
     Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa
     atau peritoneum dinding uterus.
5.  Plasenta inkarserata
     Tertahannya plasenta di kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Penatalaksanaan
A.     Retensio plasenta dengan separasi parsial
1)     Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak
terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat
2)     Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL 40 tetes per menit.  Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta
terperangkap dalam kavum uteri).
3)    Bila traksi terkontrol gagal dalam melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus (melepaskan plasenta yang melekat erat secara
paksa, dapat menyebabkan perdaharan atau perforasi).
4)     Restorasi cairan untuk hipovolemi
5)     Lakukan transfusi darah apabila diperlukan
6)     Beri antibiotika profilaksis (amphicylin 2 g, IV/oral + metronidazol 1g
suppositoria/oral).
7)     Segera atasi bila terjadi komplikasi dapat menyebabkan perdaharan hebat, infeksi,
syok neurogenik

B.     Plasenta inkarserata
1)      Manuver sekrup
·    Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak
dengan jelas.
·    Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum.
·    Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak lebih jelas.
·    Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakan plasenta di sisi berlawanan
agar dapat dijepit sebanyak mungkin.  Minta asisten untuk memegang klem
tersebut.
·    Lakukan hal yang sama untuk plasenta pada sisi yang berlawanan
·   Satukan kedua klem tersebut kemudian sambil diputar searah jarum jam, tarik plasenta keluar perlahan-lahan melalui pembukaan ostium
2)    Pengamatan dan perawatan lanjut meliputi pantauan tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca – tindakan.  Tambahan pantauan yang diperlukan adalah pemantauan efek samping / komplikasi dari bahan – bahan sedatif, analgetik / anestesi umum (mual dan muntah, cegah aspirasi bahan muntahan, hipo / atonia uteri, vertigo, halusinasi, pusing dan mengantuk).

C.     Plasenta akreta
1)      Eksplorasi
·    Bila tertanam seluruhnya (plasenta akreta kompleta) dan tidak adanya
perdarahan maka penanganannya dengan histerektomi, tidak diperbolehkan
dengan manual plasenta
·   Bila tertanam sebagian (plasenta akreta parsialis) maka dapat dilakukan manual plasenta.
    Bila plasenta sebagian besar dapat dikeluarkan dan tidak ada perdarahan
maka dapat diberikan uterotonika dan dilakukan observasi serta
perawatan lanjut
    Namun, bila sebagian besar plasenta tertanam didalam maka dapat
dilakukan histerektomi